1. PENGERTIAN BERIMAN KEPADA QADA’ DAN QADAR
Iman adalah keyakinan yang diyakini didalam hati, diucapkan dengan lisan, dan
dilaksanakan dengan amal perbuatan. Kalau kita melihat qada’ menurut bahasa
artinya Ketetapan. Qada’artinya ketetapan Allah swt kepada setiap mahluk-Nya
yang bersifat Azali. Azali Artinya ketetapan itu sudah ada sebelumnya
keberadaan atau kelahiran mahluk. Sedangkan Qadar artinya menurut bahasa
berarti ukuran. Qadar artinya terjadi penciptaan sesuai dengan ukuran atau
timbangan yang telah ditentuan sebelumnya. Qada’ dan Qadar dalam keseharian
sering kita sebut dengan takdir. Jadi, Iman kepa qada’ dan qadar adalah
percaya sepenuh hati bahwa sesuatu yang terjadi, sedang terjadi, akan terjadi
di alam raya ini, semuangnya telah ditentukan Allah SWT sejak jaman azali. Iman
kepada qada’ dan qadar termasuk rukun iman yang keenam. Rasulullah SAW bersabda
yang artinya : “Iman adalah kamu percaya kepada allah, para malaikat,
kitab-kitab, para rasul-Nya, hari akhir, dan kamu percaya kepada takdir baik
maupun buruk.” (HR. Muslim)
Dan sabda Rasullullah SAW yang artinya : “Malaikat akan
mendatangi nuthfah yang telah menetap dalam rahim selama empat puluh atau empat
puluh lima malam seraya berkata; ‘Ya Tuhanku, apakah nantinya ia ini sengsara
atau bahagia? ‘ Maka ditetapkanlah (salah satu dari) keduanya. Kemudian
malaikat itu bertanya lagi; ‘Ya Tuhanku, apakah nanti ia ini laki-laki ataukah
perempuan? ‘ Maka ditetapkanlah antara salah satu dari keduanya, ditetapkan
pula amalnya, umurnya, ajalnya, dan rezekinya. Setelah itu catatan ketetapan
itu dilipat tanpa ditambah ataupun dikurangi lagi.” (HR. Muslim)
Allah berfirman :
Artinya : “Tiadalah suatu bencana menimpa di bumi dan (tidak
pula) pada dirimu, melainkan dahulu sudah tersurat dalam kitab (Lauhul Mahfuz)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah.” (QS. Al-Hadiid:22)
2. MACAM-MACAM TAKDIR
Takdir terbagi menjadi dua bagian,yakni:
a. Takdir Mu’allaq
Takdir mu’allaq adalah takdir Allah SWT atas makhluknya yang memungkinkan dapat
berubah karena usaha dan ikhtiar manusia. Allah berfirman :
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib
suatu kaum sehingga mereka itu mengubah nasibnya sendiri.” (Ar-Radu : 11)
Contoh :
1) Miskin bisa jadi kaya, lantaran bekerja keras
Allah berfirman :
Artinya : “Dan katakanlah(hai Muhammad) : Bekerjalah kamu
semua, maka Allah dan Rasulnya serta orang mukmin akan melihat hasil
pekerjaanmu.’ (At- Taubah ayat 105)
2) Bodoh Menjadi Pintar , lantaran mau belajar giat
Rasullulah SAW bersabda yang artinya : “Belajarlah kamu
sekalian, ajarkanlah bertawakal kamu kepada guru, serta lemah lembutlah kamu
kepada murid.” (H.R. Tabrani)
3) Orang sakit bisa menjadi sembuh, lantaran berobat dan
berdoa
Allah berfirman :
Artinya : “Berdoalah kamu kepada-Ku niscaya Aku akan
mengabulkan permohonanmu.” (Al-Mu’minun ayat 60)
b. Taqdir Mubram
Takdir mubram ialah takdir yang pasti terjadi dan tidak dapat dielakkan
kejadiannya. Contohnya nasib manusia, lahir, kematian, jodoh, rizkinya, dan
terjadinya kiamat dan sebagainya. Qada’ & qadar Allah SWT yang berhubungan
dengan nasib manusia adalah rahasia Allah SWT, hanya Allah SWT yang
mengetahuinya. Manusia diperintahkan mengetahui qada’dan qadarnya melalui usaha
dan ikhtiar. Kapan manusia lahir, bagaimana statusnya sosialnya, bagaimana
rizkinya ,siapa anak istrinya,dan kapanya meninggalnya,adalah rahasia Allah
SWT. Jalan hidup manusia seperti itu sudah ditetapkan sejak zaman azali yaitu
masa sebelum terjadinya sesuatu atau massa yang tidak bermulaan. Tidak seorang
pun yang mengetahuinya.
3. FUNGSI BERIMAN KEPADA QADA’DAN QADAR ALLAH SWT
Beriman kepada qada’dan qadar
mempunyai fungsi penting bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Diantaranya:
a) Mempunyai semangat ikhtiar
Ikhtar artinya melakukan perbuatan yang baik dengan penuh
kesungguhan dan keyakinan akan hasil yang baik bagi dirinya. Dengan pemahaman
seperti itulah ,seorang murid akan bekerja keras agar biasa sukses, pedagang
akan hidup hemat agar usahanya berkembang, dan sebagainya. Allah SWT berfirman
:
Artinya:“ Dan bahwa manusia hanya meperoleh apa yang
usahakannya. Dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan
diperlihatkan(kepadanya).”(Q.S.An-Najm, 39-40)
b) Mempunyai sifat sabar dalam menghadapi cobaan
Dengan Percaya qada’ dan qadar , manusia
akan sadar bahwa kehidupan adalah ujian – ujian yang harus dilalui dengan
sabar. Sabar adalah sikap mental yang teguh pendirian,berani menghadapi
tantangan,tahan uji,dan tidak menyerah pada kesulitan. Teguh pendirian berarti
tidak mudah goyah dalam memagang prisip atau pedoman hidup,berani menghadapi
tantangan berarti berani menghadapi cobaan, penderitaan, kesakitan dan
kesensaraan.
Cobaan harus dihadapi dengan tenang,
dipikir dengan jernih, dicari jalan keluarnya tampa menyerah pada kesulitan,dan
akhirnya diserahkan kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman :
Artinya: Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan
hanya mengatakan, ’’kami telah beriman, ”dan mereka tidak di uji”
(Q.S.AL-Ankabut,29:2)
c) Sabar bahwa cobaan adalah qada’dan qadar dari Allah SWT
Segala yang ada di alam
semesta hakikatnya adalah milik Allah SWT dan suatu saat akan kembali kepada
Allah SWT. Firman Allah SWT :
Artinya:“Yaitu orang-orang apabila ditimpa musibah,mereka
berkata’Inna’lilliahi wa inna ilaihi rajiun’.(Q.S. Albaqarah,2:156)
d)Tawakal
Tawakal menurut bahasa artinya bersandar atau berserah diri. Dalam istilah
agama, tawakal artinya berserah dirisepenuhnya kepada Allah SWT dalam
menghadapi atau menunggu hasil dari suatu pekerjaan atau usaha. Menurut
Imam Al-Ghazali, tawakal artinya menyandarkan diri kepada Allah SWT dalam
menghadapi setiap kepentingan. Dalam hal ini, tawakal kepada Allah SWT bkan
berarti penyandaran diri kepada Allah SWT secara mutlak, melaikan penyandaran
diri yang haras didahului dengan kerja keras dalam berikhtiar berdasarkan
kemampuan maksimal.
4. CIRI- CIRI ORANG YANG BERIMAN KEPADA QADA’DAN QADAR.
a. Qana’ah dan Kemuliaan Diri
Seseorang yang
beriman kepada qadar mengetahui bahwa rizkinya telah tertuliskan, dan bahwa ia
tidak akan meninggal sebelum ia menerima sepenuhnya, juga bahwa rizki itu tidak
akan dicapai oleh semangatnya orang yang sangat berhasrat dan tidak dapat
dicegah oleh kedengkian orang yang dengki. Ia pun mengetahui bahwa seorang
makhluk sebesar apa pun usahanya dalam memperoleh ataupun mencegahnya dari
dirinya, maka ia tidak akan mampu, kecuali apa yang telah Allah tetapkan
baginya. Dari sini muncullah qana’ah terhadap apa yang telah diberikan,
kemuliaan diri dan baiknya usaha, serta membebaskan diri dari penghambaan
kepada makhluk dan mengharap pemberian mereka. Hal tersebut tidak berarti bahwa
jiwanya tidak berhasrat pada kemuliaan, tetapi yang dimaksudkan dengan qana’ah
ialah, qana’ah pada hal-hal keduniaan setelah ia menempuh usaha, jauh dari
kebakhilan, kerakusan, dan dari mengorbankan rasa malunya.
b. Cita-Cita Yang Tinggi
Maksud dari cita-cita yang tinggi adalah menganggap kecil apa yang bukan akhir
dari perkara-perkara yang mulia. Sedangkan cita-cita yang rendah, yaitu
sebaliknya dari hal itu, ia lebih mengutamakan sesuatu yang tidak berguna,
ridha dengan kehinaan, dan tidak menggapai perkara-perkara yang mulia. Iman
kepada qadar membawa pelakunya kepada kemauan yang tinggi dan menjauhkan mereka
dari kemalasan, berpangku tangan, dan pasrah kepada takdir.
c. Bertekad dan Bersungguh-Sungguh dalam Berbagai Hal
Orang yang beriman kepada qadar, ia akan bersungguh-sungguh dalam berbagai
urusannya, memanfaatkan peluang yang datang kepadanya, dan sangat menginginkan
segala kebaikan, baik akhirat maupun dunia. Sebab, iman kepada qadar mendorong
kepada hal itu, dan sama sekali tidak mendorong kepada kemalasan dan sedikit
beramal.
Bahkan, keimanan ini memiliki pengaruh yang besar dalam mendorong para tokoh
untuk melakukan pekerjaan besar, yang mereka menduga sebelumnya bahwa kemampuan
mereka dan berbagai faktor yang mereka miliki pada saat itu tidak cukup untuk
menggapainya.
d. Bersikap Adil, Baik Pada Saat Senang Maupun Susah
Iman kepada qadar akan membawa kepada keadilan dalam segala keadaan, sebab
manusia dalam kehidupan dunia ini mengalami keadaan bermacam-macam.
Orang-orang yang beriman kepada qadar menerima sesuatu yang menggembirakan dan menyenangkan dengan sikap menerima, bersyukur kepada Allah atasnya, dan menjadikannya sebagai sarana atas berbagai urusan akhirat dan dunia. Lalu, dengan melakukan hal tersebut, mereka mendapatkan, berbagai kebaikan dan keberkahan, yang semakin melipatgandakan kegembiraan mereka. Mereka menerima hal-hal yang tidak disenangi dengan keridhaan, mencari pahala, bersabar, menghadapi apa yang dapat mereka hadapi, meringankan apa yang dapat mereka ringankan, dan dengan kesabaran yang baik terhadap apa yang harus mereka bersabar terhadapnya. Sehingga mereka, dengan sebab itu, akan mendapatkan berbagai kebaikan yang besar yang dapat menghilangkan hal-hal yang tidak disukai, dan digantikan oleh kegembiraan dan harapan yang baik.
Orang-orang yang beriman kepada qadar menerima sesuatu yang menggembirakan dan menyenangkan dengan sikap menerima, bersyukur kepada Allah atasnya, dan menjadikannya sebagai sarana atas berbagai urusan akhirat dan dunia. Lalu, dengan melakukan hal tersebut, mereka mendapatkan, berbagai kebaikan dan keberkahan, yang semakin melipatgandakan kegembiraan mereka. Mereka menerima hal-hal yang tidak disenangi dengan keridhaan, mencari pahala, bersabar, menghadapi apa yang dapat mereka hadapi, meringankan apa yang dapat mereka ringankan, dan dengan kesabaran yang baik terhadap apa yang harus mereka bersabar terhadapnya. Sehingga mereka, dengan sebab itu, akan mendapatkan berbagai kebaikan yang besar yang dapat menghilangkan hal-hal yang tidak disukai, dan digantikan oleh kegembiraan dan harapan yang baik.
e. Selamat Dari Kedengkian dan Penentangan
Iman kepada qadar dapat menyembuhkan banyak penyakit yang menjangkiti
masyarakat, di mana penyakit itu telah menanamkan kedengkian di antara mereka,
misalnya hasad yang hina. Orang yang beriman kepada qadar tidak dengki kepada
manusia atas karunia yang Allah berikan kepada mereka, karena keimanan-nya
bahwa Allah-lah yang memberi dan menentukan rizki mereka. Dia memberikan dan
menghalangi dari siapa yang dikehendaki-Nya, sebagai ujian. Apabila dia dengki
kepada selainnya, berarti dia menentang ketentuan Allah. Jika seseorang beriman
kepada qadar, maka dia akan selamat dari kedengkian, selamat dari penentangan
terhadap hukum-hukum Allah yang bersifat syar’i (syari’at) dan
ketentuan-ketentuan-Nya yang bersifat kauni (sunnatullah), serta menyerahkan
segala urusannya kepada Allah semata.
5. HIKMAH ORANG YANG BERIMAN KEPADA QADA’ DAN QADAR
Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi
kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan
akhirat. Hikmah tersebut antara lain:
a. Banyak Bersyukur dan Bersabar
Orang yang beriman kepada qadha
dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena
keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya
apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan
ujian. Firman Allah :
Artinya:”dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari
Allah( datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nyalah
kamu meminta pertolongan. ” ( QS. An-Nahl ayat 53).
b. Menjauhkan Diri dari Sifat Sombong dan Putus Asa
Orang yang tidak beriman kepada
qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan
itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya
hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa
, karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah.
Firman Allah SWT:
Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita
tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (QS.Yusuf
ayat 87)
c. Bersifat Optimis dan Giat Bekerja
Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang
tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang
begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada
qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan
dan keberhasilan itu. Firman Allah:
Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan. (QS Al- Qashas ayat 77)
d. Jiwanya Tenang
Orang yang beriman kepada
qadha dan qadar senantiasa mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia
selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung
atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan
berusaha lagi. Allah SWT berfirman :
Artinya : Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu
dengan hati yang tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah
hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam sorga-Ku. ( QS. Al-Fajr ayat 27-30)
A. KESIMPULAN
Beriman kepada qada’ dan qadar akan melahirkan sikap optimis,tidak mudah putus
asa, sebab yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah
takdirkan kepadanya dan Allah akan memberikan yang terbaik kepada seorang
muslim,sesuai dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.Oleh karena
itu,jika kita tertimpa musibah maka ia akan bersabar,sebab buruk menurut kita
belum tentu buruk menurut Allah,sebaliknya baik menurut kita belum tentu baik
menurut Allah.Karena dalam kaitan dengan takdir ini seyogyanya lahir sikap
sabar dan tawakal yang dibuktikan dengan terus menerus berusaha sesuai dengan
kemampuan untuk mencari takdir yang terbaik dari Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar