Kamis, 18 Februari 2016

ANANIAH,GHADAB,NAMIMAH,HASAD,FITNAH & GIBAH




AKHLAK TERCELA TERHADAP SESAMA
Ananiah
a.      Pengertian Ananiah
Kata ananiah berasal dari bahasa Arab ana yang berarti saya atau aku, kemudian mendapat tambahan kata iyah. Ananiah berarti ’keakuan’. Sifat ananiah biasa disebut egois, yaitu sikap hidup yang terlalu mementingkan diri sendiri bahkan jika perlu dengan mengorbankan kepentingan orang lain.egois merupakan sifat tercela yang dibenci oleh Allah swt. dan manusia karena cenderung berbuat sesuatu yang dapat merusak tatanan pergaulan kehidupan bermasyarakat. Orang yang egois biasanya membangga-banggakan diri sendiri, mengganggap orang lain hina dan rendah. Padahal Allah swt. dengan tegas tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.
Firman Allah swt :
 
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. An Nisa : 36 )
Contoh Ananiah; suka membanggakan diri sendiri, merasa diri paling benar, menganggap orang lain salah.
b.     Menghindari Prilaku Ananiah
Untuk dapat menghindari perilaku ananiah bukanlah suatu hal yang mudah karena setiap manusia pasti memiliki sikap egoistis. Hal-hal yang harus dilakukan agar terhindar dari perilaku ananiah sebagai berikut :
a.    Menyadari bahwa perbuatan ananiah dapat merugikan diri sendiri ataupun orang lain.
b.    Menyadari bahwa perilaku ananiah apabila dibiarkan akan mengarah pada sikap takabur yang dibenci Allah swt
c.     Menghindari bahwa manusia diciptakan sama dan mempunyai hak yang sama.
d.    Membiasakan diri untuk bersedekah dan beramal saleh
e.    Menekan hawa nafsu dan memupuk sikap tenggang rasa.

  1. Akibat buruk dari sifat ananiah atau egois
Segala sesuatu yang dikerjakan itu pasti ada akibatnya, demikian halnya dengan apabila kita berbuat atau mempunyai sifat yang buruk pasti akan berakibat keburukan terhadap diri kita khususnya dan orang lain pada umumnya. Diantara akibat dari sifat ananiah atau egois antara lain :
a.    jauh dari pertolongan dan rahmat Allah, sebab orang yang egois tidak suka menolong orang lain.
b.    Menumbuh suburkan sifat rakus, tamak, dan sombong.
c.     Menimbulkan kebencian dan permusuhan, sehingga merugikan diri sendiri.

2.2  Ghadab
a.      Pengertian Ghadab
Ghadab (marah) secara bahasa artinya keras atau kasar. Orang yang marah (pemarah) di sebut ghadib. Ghadab merupakan antonim (lawan kata) dari rida dan hilm (murah hati). Secara istilah, ghadab berarti sikap seseorang yang mudah marah karena tidak senang terhadap perlakuan atau perbuatan orang lain. Amarah selalu mendorong manusia bertingkah laku buruk atau jahat. Seorang pemarah tergolong lemah imannya karena berpandangan picik dan tidak dapat mengendalikan hawa nafsunya. Sebaliknya, jika seorang berpandangan luas dan dapat mengendalikan hawa nafsunya, maka ia akan bersikap arif atau bijaksana dalam menyelesaikan setiap masalah.
Orang mukmin yang baik selalu bersedia memaafkan kesalahan saudaranya, baik yang diminta ataupun tidak,karena hanya mengharapkan keridaan Allah swt. Allah berfirman dalam al-qur’an:
Artinya :  “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” ( QS. Ali Imran : 134 )
Ghadab dapat dikatakan seperti nyalanya api yang terpendam di dalam hati. Karena itu, orang yang marah mukanya akan memerah bagaikan api yang menyalah. Ini adalah salah satu dari hasil godaan syetan kepada manusia. Islam mengajarkan agar orang yang marah itu segera berwudhu, bahkan mandi jika perlu. Rasulullah SAW dalam riwayatnya bersabda :
اَلْغَضَبُ مِنَ الشَّيْطَانِ وَالشَّيْطَانُ خُلِقَ مِنَ النَّارِ وَالْمَاءُيُطْفِىءُالنَّارَفَاِذَاغَضِبَ اَحَدُكُمْ فَلْيَغْتَسِلْ
Artinya : “marah itu asalnya dari syetan dan syetan itu dibuat dari api, dan air itu dapat memadamkan api. Maka apabila seseorang diantara kalian marah, hendaklah mandi.”
Menurut hadist di atas bahwa marah termasuk salah satu sifat atau akhlak yang tercela, karena juga dari syetan. Pada suatu hari ada seseorang yang dating terhadap rasulullah supaya diberi petunjuk yang perlu di amalkan. Beliau mengatakan “jangan kamu marah”, sahabat tersebut meminta lagi tambahanya, apa lagi yang perlu di amalkan, rasulullah SAW tetap berkata “jangan kamu marah”, tanpa menambah apa-apa.
Dalam sebuah riwayat, pada suatu ketika Rasulullah SAW. Bertanya kepada para sahabat, siapakah yang disebut orang yang selalu menang jika bergulat? Mereka menjawab, yaitu orang yang tidak dapat dikalahkan oleh orang lain. Selanjutnya Rasulullah SAW bersabda :
لَيْسَ كَذَالِكَ وَلَكِنَّ الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَالْغَضَبِ
Artinya : bukanlah demikian, tetapi yang disebut orang yang selalu menang ialah orang yang dapat menahan hawa nafsunya diwaktu marah.”
Contoh Ghadab: marah tanpa sebab, mudah tersinggung, tidak bisa mengendalikan diri.
  1. Menghindari Perilaku Ghadab
Adapun untuk menghindari perilaku ghadab diantaranya:
a.    Senantiasa membaca istigfar sambil menarik napas panjang.
b.    Meninggalkan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya marah.
c.     Menyadari bahwa perilaku amarah sangat dibenci Allah swt. dan manusia
d.    Berusaha belajar memiliki sikap lapang dada dan mudah memaafkan orang lain.
  1. Akibat buruk sifat ghadab atau pemarah antara lain :
a.    Dibenci Allah, Rasul-Nya, dan manusia.
b.    Dapat merusak iman seseorang.
c.     Menimbulkan dendam dan sakit hati.
d.    Menimbulkan rasa kebencian dan permusuhan, sehingga merusak persahabatan dan persaudaraan.

2.3 Namimah
a. Pengertian Namimah
Pengertian namimah menurut bahasa berarti mengadu domba. Sedangkan menurut istilah namimah berarti mengadu domba atau menyabar fitnah antara seseorang dengan orang lain dengan tujuan agar saling bermusuhan. Namimah termasuk perbuatan tercela yang harus kita hindari dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana larangan Allah swt. dalam Al Qur’an :
Ÿwur ôìÏÜè? ¨@ä. 7$žxym AûüÎg¨B ÇÊÉÈ   :$£Jyd ¥ä!$¤±¨B 5OÏJoYÎ ÇÊÊÈ   8í$¨Z¨B ÎŽöyù=Ïj9 >tG÷èãB AOŠÏOr& ÇÊËÈ   ¤e@çGãã y÷èt y7Ï9ºsŒ AOŠÏRy ÇÊÌÈ  
Artinya : “dan janganlah kamu ikuti Setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah, yang banyak menghalangi perbuatan baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa, yang kaku kasar, selain dari itu, yang terkenal kejahatannya.” (Q.S. Al Qalam : 10-13).

Contoh dari Namimah ini: ketika si A berkata kepada si B tentang si C, bahwa si C itu orangnya tamak, rakus, lalu si B tanpa tabayyun (klarifikasi) menyampaikan kepada si C perkataan si A dengan tujuan agar si C marah dan benci kepada si A, sehingga dengan demikian si B dapat dikatakan sebagai orang yang berbuat Fitnah (Namimah) yaitu sebagai penyebar fitnah.
Allah bersabda didalam Al-Qur’an :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti (tabayyun) agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Q.S Al-Hujarat : 6)
Hukum Namimah dan dalil-dalilnya Namimah merupakan salah satu dosa besar, dan hukumnya haram karena menimbulkan dampak yang sangat buruk dan sangat merugikan. Imam Munziri rahimahullah berkata: "Telah sepakat dan Ijma' para ulama bahwa Namimah hukumnya haram dan ia merupakan sebesar-besarnya dosa di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala.”
b.     Sebab-sebab yang mengantarkan seorang melakukan Namimah :
1.    Karena kejahilan terhadap bahaya yang ditimbulkannya, atau dalam kata lain tidak mengerti ilmu Syar'i, sehingga dengan seenaknya tanpa merasa berdosa ia mau melakukan hal tersebut.
2.    Disebabkan hasad atau iri dan dengki yang akan menyebabkan seseorang mencari jalan untuk menyebarkan fitnah.
3.    Hati yang kotor jauh dari bimbingan Syariat, sehingga tidak tampak baginya kebenaran. Ia merasa puas kalau sekiranya orang lain saling bermusuhan, saling membenci. Oleh karena itu, bagi orang yang kotor dan sakit hatinya maka namimah merupakan suatu jalan baginya untuk mengotori hatinya.
4.    Karena berteman dengan orang-orang yang suka berbuat namimah, sehingga menyebabkan dia terdorong dan terpancing untuk melakukan namimah tersebut.

c.       Menghindari perilaku namimah
Di antara cara menghindari perilaku namimah ialah antara lain:
a.    Menyadari bahwa perilaku namimah menyebabkan seseorang tidak masuk surga meskipun rajin beribdah.
b.    Jangan mudah percaya pada seseorang yang memberikan informasi negative tentang orang lain.
c.     Menhindari factor-faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku namimah, seperti berkumpul tanpa ada tujuan yang jelas, menggosip dan lain-lain.
d.   Obat dari penyakit Namimah
1.    Mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena itu orang yang ikhlas dalam beribadah sulit tergoyahkan dan mempunyai pendirian, sehingga dia berfikir seribu kali sebelum berbuat.
2.    Mengenal hakekat Namimah, dampaknya dan jalan keluarnya. Semua ini tentu dengan belajar dan menuntut ilmu syar'i, hadir di majlis-majlis ilmu, karena dengan hadirnya seseorang di majlis-majlis ilmu, maka akan membuat hatinya bersih dan hilangnya penyakit hatinya.
3.    Berteman dengan orang-orang yang Sholeh. Teman akan mempengaruhi watak seseorang, karena apabila seseorang ingin tahu seseorang lihat siapa yang menjadi teman akrabnya.
4.    Selalu Muraqabah, Muraqabah adalah salah satu sifat mulia, dimana seseorang yang senantisa muraqabah kepada Allah,maka dia akan merasakan bahwa dirinya merasa diawasi Oleh Allah,karena dia tahu bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala yang Maha Melihat, Maha Mengetahui, Maha Mendengar, tidak satupun yang luput dari pengetahuannya. Dengan sifat ini maka dia merasa takut untuk berbuat Namimah. Dalam hal ini Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "...dan dia bersama kamu dimana saja kamu berada". (QS.al-Hadiid: 4)
5.    Berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala supaya terhindar dari perbuatan ini, karena manusia itu lemah, maka perlu baginya untuk memohon bantuan dan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

e.     Sikap seorang muslim kepada orang yang suka berbuat Namimah
1.    Tidak membenarkan perkataan orang yang berbuat namimah, karena dengan membenarkannya maka jelas akan terjadi kerusakan, kebencian, permusuhan dan berbagai macam fitnah lainnya.
2.    Melarangnya berbuat namimah. Dengan cara menasehatinya, janganlah kita berbuat namimah dan menyebarkannya. Dengan bersikap seperti itu berarti kita telah mencegahnya dari berbuat kerusakan, dan berarti kita telah beramal ma'ruf nahi munkar.
3.    Membencinya karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena maksiyat yang dilakukannya.
4.    Tidak boleh langsung berburuk sangka kepada saudaranya yang tidak ada di hadapannya, karena buruk sangka akan menjadi pemicu bagi seseorang berbuat nanimah dan meyebarkan fitnah.
5.    Tidak boleh mencari-cari kesalahan atasnya, karena mencari-cari kesalahan juga menjadi pemicu munculnya berbagai macam fitnah.
Ketika seseorang tidak suka kepada penyebar fitnah, tentu dia tidak akan menghiraukan sehingga fitnah itu tidak terjadi.
2.4 Hasad
a. Pengertian Hasad
Hasad (dengki) berarti menaruh perasaan benci, tidak suka atau antipati terhadap orang lain yang mendapat keberuntungan, nikmat, dan memiliki kelebihan darinya. Sebaliknya, ia akan merasa senang jika orang lain mendapat kesengsaraan.
Hasad biasanya timbul karena adanya permusuhan dan atau persaingan untuk saling menjatuhkan. Hasad merupakan penyakit rohani yang sangat berbahaya dan harus dijauhi, karena sifat tersebut dapat merusak dan menghilangkan semua amal kebaikan seseorang.
Rasulullah saw. bersabda :
اِيَّا كُمْ وَالْحَسَدَ فَاِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَاتَأْكُلُ النَّارَالْحَطَبَ (رواه ابوداود)

Artinya : “Jauhkanlah dirimu dari sifat hasad karena sesungguhnya hasad itu memakan segala kebaikan , sebagaimana api membakar kayu.” (HR. Abu Daud)
b. Akibat Perbuatan Hasad / Dengki
             Berapa banyak orang bersaudara jadi bermusuhan, saling mendendam dan saling membenci, hanya karena dengki kepada saudaranya yang lebih mendapat kasih sayang orang tua, karena kesuksesan dan kebahagiaan yang didapatkannya.
             Penyakit dengki ini sangat berbahaya dan sukar diobati dengan terapi biasa. Penyakit ini banyak merusak, mengganggu dan menghilangkan kebahagiaan hidup, bahkan menyebabkan persengketaan, permusuhan, penipuan, dan lebih jauh lagi dapat menyebabkan timbulnya peperangan dan malapetaka dalam masyarakat. Ringkasnya, bahwa selama rasa dengki ini bersarang di dalam hati seseorang, selama itu pulaia tidak akan mendapatkan rasa bahagia dalam hidupnya.
c.Sebab-sebab Timbulnya Hasad
             Adapun penyebab timbulnya hasad/dengki dalam hati seseorang adalah sebagai berikut:
Ø  Karena adanya permusuhan dan kebencian. Inilah yang merupakan sebab yang utama.
Ø  Beratnya rasa di dalam hati apabila dirinya itu ada yang melebihi dalam hal apa saja yang didengkikan, misalnya keturunan, kekayaan, kepandaian, ketampanan/kecantikan, majunya dalam perusahaan dan lain sebagainya. Ringkasnya, tidak senang kalau dirinya itu dikalahkan, disaingi atau dilebihi oleh orang lain.
Ø  Ingin menjadi pemimpin/pemuka dan menduduki jabatan yang tinggi, kemudian tidak ada orang lain yang melebihi kedudukannya itu.
Ø  Karena hatinya memang buruk dan enggan melakukan kebaikan kepada sesama manusia.
Kadang-kadang seseorang dapat juga dihinggapi oleh empat sebab di atas sekaligus, tetapi ada yang hanya tiga, dua atau salah satunya saja. Kemudian apabila hendak menyembuhkannya, maka haruslah mengetahui terlebih dahulu sebab-sebabnya. Dan perlu ditanamkan bahwa sifat dengki ini sangat berbahaya bagi orang yang memiliki sifat tersebut, baik sebagai individu, anggota masyarakat maupun bagi agamanya.
2.5 Ghibah
a. Pengertian Ghibah
Secara bahasa, ghibah (menggunjing) ialah membicarakan keburukan (keaiban)orang lain. Secara istilah berarti membicarakan kejelekan dan kekurangan orang lain dengan maksud mencari kesalahan-kesalahannya, baik jasmani, agama, kekayaan, akhlaq ataupun bentuk lahiriyahnya. Ghibah tidak terbatas melalui lisan saja, namun bisa terjadi dengan tulisan atau gerakan tubuh. Apabila hal ini berhubungan dengan agama seseorang ia akan mengatakan bahwa ia pembohong, fasik, munafik dan lain-lain.
Allah swt. melarang keras perilaku ghibah dan menyeru untuk menjauhinya, karena ghibah digambarkan dengan sesuatu yang amat kotor dan menjijikkan. Sebagaimana firman Allah swt:
Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan perasangka (kecurigaan), karena sebagian dari perasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. ( QS. Al Hujurat : 12 )
Contoh ghibah; mengumpat dan suka membeberkan kesalahan orang lain
b. Menghindari Perilaku Ghibah
Cara menghindari dari perilaku tercela antara lain :
a. Selalu mengingat bahwa perbuatan gibah ialah penyebab kemarahan dan kemurkaan Allah swt.
b. Selalu mengingat bahwasanya timbangan kebaikan ghibah akan pindah kepada orang yang digunjingkannya.
c. Hendaknya orang yang melakukan ghibah mengingat terlebih dahulu aib dirinya sendiri dan segera berusaha memperbaikinya.
d. Menjauhi faktor-faktor yang dapat menimbulkan terjadinya ghibah.
e. Senantiasa mengingatkan orang-orang yang melakukan ghibah
Apa itu Fitnah
Fitnah dengan Ghibah sangat berbeda walaupun tujuannya bisa dibilang mirip. Fitnah adalah membicarakan keburukan orang lain padahal orang yang dibicarakan tidak benar sesuai dengan keburukan yang dibicarakan. Intinya membicarakan keburukan orang lain yang tidak benar demikian. Berikut saya kutipkan  dari wikipedia
Fitnah merupakan komunikasi kepada satu orang atau lebih yang bertujuan untuk memberikan stigma negatif atas suatu peristiwa yang dilakukan oleh pihak lain berdasarkan atas fakta palsu yang dapat memengaruhi penghormatan, wibawa, atau reputasi seseorang. Kata “fitnah” diserap dari bahasa Arab, dan pengertian aslinya adalah “cobaan” atau “ujian”.
Makna Fitnah Sebenarnya Menurut Islam
Pasti kita sering mendengar dari ucapan saudara seiman yang bilang “Fitnah lebih kejam dari pembunuhan” bahkan hadits tersebut sekarang bukan diucapkan oleh orang islam saja, melainkan sudah menjadi sebuah ungkapan yang lumrah di Indonesia oleh agama manapun. Sekali itu membuktikan bahwa Hadits dan Alqur’an memang tiada duanya. Namun dari sisi arti tersebut adalah sebagian besar salah tempat menggunakannya. Karena justru dalam islam fitnah itu lebih kepada cobaan, ujian. Jika menilik azbabun nuzul turunnya ayat tentang fitnah maka sudah jelas tempat kita menggunakan dalil alqur’an selama ini adalah keliru
 Al Qur’an surat Al Baqoroh (2) ayat 191 tercantum kalimat “Wal fitnatu asyaddu minal qotli….” yang artinya
“Dan fitnah itu lebih sangat (dosanya) daripada pembunuhan..”. 
Kemudian juga di surat Al Baqoroh (2) ayat 217, disebutkan “Wal fitnatu akbaru minal qotli…” yang artinya
“Fitnah itu lebih besar (dosanya) daripada pembunuhan..”.
Ayat ini turun ketika ada seorang musyrik yang dibunuh oleh muslimin di bulan haram, yakni Rajab. Muslimin menyangka saat itu masih bulan Jumadil Akhir. Sebagaimana diketahui, adalah haram atau dilarang seseorang itu membunuh dan berperang di bulan haram, yakni bulan Rajab, Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram
Melihat salah seorang kawan mereka dibunuh, kaum musyrikin memprotes dan mendakwakan bahwa Muhammad telah menodai bulan haram. Maka turunlah ayat yang menjelaskan bahwa kemusyrikan dan kekafiran penduduk Makkah yang menyebabkan mereka mengusir muslimin dan menghalangi muslimin untuk beribadah di Baitullah itu lebih besar dosanya daripada pembunuhan yang dilakukan oleh orang-orang beriman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar