Pembahasan
1. Akhlak Terpuji Kepada Sesama
a. Husnudzan
1) Pengertian dan
Pentingnya Husnudzan
Secara bahasa
husnudzan berasal dari lafadz “husnun” yang artinya baik dan lafadz “adzonu”
prasangka, sehingga husnudzan berarti prasangka, perkiraan, atau dugaan baik.
Menurut istilah husnuzan adalah cara pandang sesesorang yang membuatnya
melihat sesuatu secara positif.
Seorang yang
memiliki sikap husnuzan memandang semua orang itu baik dan akan
mepertimbangkan sesuatu dengan pikiran jernih, pikiran dan hatinya bersih
dari prasangka yang belum tentu kebenaranya, sehingga tidak menimbulkan
kekacauan dalam pergaulan. Sikap ini ditunjukkan dengan rasa senang, berpikir
positif, dan sikap hormat kepada orang lain tanpa ada rasa curiga, dengki, dan
perasaan tidak senang tanpa alasan yang jelas.
Pentingnya
husnudzan terhadap sesama manusia, maka dalam hidupnya akan memiliki banyak
teman, disukai kawan, dan di segani lawan. Husnuzan terhadap sesama manusia
juga merupakan kunci sukses dalam pergaulan, baik pergaulan di sekolah,
keluarga, maupun di lingkungan masyarakat. Sebab tidak ada pergaulan yang
harmonis tanpa adanya prasangka baik antara satu individu dengan individu
lainnya. Dengan begitu hubungan persahabatan dan persaudaraan menjadi lebih
baik, terhindar dari penyesalan dalam hubungan dengan sesama, dan selalu senang
dan bahagia atas kebahagiaan orang lain.[1]
2) Bentuk dan
Contoh Husnudzan
Orang yang
mengaku beragama Islam wajib melaksanakan ajaran Islam dalam perilaku
kehidupannya sehari-hari. Adapun perilaku yang mencerminkan sikap husnudzan:
a) Menyakini dengan sepenuh hati bahwa semua
larangan dan perintah agama demi kebaikan manusia sendiri,
b) Menjauhi prasangka buruk kepada siapapun
apabila tidak ada bukti,
c) Mengembangkan sikap baik dalam kehidupan
bermasyarakat, dan
d) Memberi kepercayaan kepada sesama mnusia
tentang suatu urusan dengan kepercayaan bahwa ia dapat melaksanakan tugasnya.
3) Nilai-nilai
Positif dari Husnudzan
Setiap akhlak
terpuji pasti mempunyai nilai-nilai positif (terutama bagi pelakunya sendiri)
dan terkadang bagi orang lain, sesuai firman Allah SWT, sebagai berikut:
اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ
لِاَنْفُسِكُمْ
Artinya:
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat
baik untuk dirimu sendiri”.[2]
Adapun dampak
positif perilaku husnudzan antara lain:
a) Semakin dekat hubungan batin antara pelaku dan
pihak lain yang diduga berbuat kebaikan,
b) Memperoleh kepercayaan dari orang yang menduga
dirinya telah berbuat baik, dan
c) Memperkuat hubungan persaudaraan.
4) Membiasakan
Berperilaku Khusnudzon
Kenyaman dalam
menjalankan kehidupan ada pada habluminallah, habluminannas. Oleh karenanya
kita harus bisa membiasakan sikap husnudzan dalam kehidupan, antara lain:
a) Tidak mudah menerima suatu berita yang tidak
jelas sumber serta kebenarannya,
b) Berusaha tidak sering ketemu dengan sesama
teman atau anggota masyarakat, dan
c) Dengan sering bertemu dapat mengantisipasi
munculnya gosip yang sering merusak hubungan persaudaraan.
b. Tawadhu’
1) Pengertian dan
Pentingnya Tawadhu’
Tawadhu’ secara
bahasa adalah "التَّذْ لُلْ"
ketundukan dan "التَّخَا شُعْ"
rendah hati. Secara terminologis Tawadhu’ adalah ketundukan kepada kebenaran
dan menerimanya dari siapapun datangnya baik ketika suka atau dalam keadaan
marah. Orang yang tawadhu’ adalah orang yang merendahkan diri dalam pergaulan
dan tidak menampakkan kemampuan yang dimiliki.[3]
Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW:
اِنَّ
اللهَ اَوْحَى اِلَىَّ اَنْ تَوَاضَعُوْا حَتَّى لَايَفْخَرَ اَحَدٌعَلَى اَحَدٍ
وَلَا يَبْغِى اَحَدٌ عَلَى اَحَدٍ
Artinya:
“Sesungguhnya Allah memberi wahyu kepadaku agar
engkau semua saling tawaduk, sehingga tidak ada orang yang bersikap sombong
kepada yang lain dan tidak ada yang menganiaya seseorang terhadap yang lain”.[4]
Sesungguhnya
orang yang tawadhu’ dan lemah lembut, keduanya itulah yang mendapatkan
ketenangan serta kasih sayangnya diatas bumi, yang mana kepada saudara-saudara
mereka sesama mukmin mereka berlaku lemah lembut dan penuh kasih sayang.
Sementara kepada orang kafir musuh-musuh Islam mereka bersikap keras dalam
artian tegas.[5]
Tawadhu’ dapat
dikatakan jalan ynag mengantarkan manusia bersatu dan damai dalam pergaulan,
dan sebagai sikap untuk membina persaudaraan.
2) Bentuk dan
Contoh Tawadhu’
Sikap tawadhu’
yang dimiliki seseorang dapat dilihat dari perilakunya sehari-hari. Adapun
bentuk-bentuk perilaku tawadhu’:
a) Menghormati orang yang lebih tua atau lebih
pandai dari pada dirinya,
b) Sayang kepada yang lebih muda atau lebih rendah
kedudukannya,
c) Menghargai pendapat dan pembicaraan orang lain,
d) Bersedia mengalah demi kepentingan umum,
e) Santun dalam berbicara kepada siapapun, dan
f) Tidak suka disanjung orang lain atas kebaikan
atau keberhasilan yang dicapai.
3) Nilai-nilai
Positif Tawadhu’
Dampak positif
tawadhu’ berarti akibat baik sikap tawadhu’. Adapun dampak positif sikap
tawadhu’, antara lain:
a) Menimbulkan simpatik pihak lain sehingga suka
bergaul dengannya,
b) Akan dihormati secara tulus oleh pihak lain
sesuai naluri setiap mnusia ingin dihormati dan menghormati,
c) Memperkuat hubungan persaudaraan antara dirinya
dan orang lain, dan
d) Mengangkat derajat dirinya sendiri dalam
pandangan allah maupun sesama manusia.
4) Membiasakan
Berperilaku Tawadhu’
Untuk dapat
memiliki sikap tawadhu’ dalam pergaulan, perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a) Biasakan bersikap sabar,
b) Usahakan untuk tidak bersikap sombong,
c) Jangan menjadi pendendam,
d) Jangan bersikap tamak dan rakus terutama harta
benda,
e) Melatih diri untuk menghargai kemampuan orang
lain, tidak meremehkannya, dan
c. Tasamuh
1) Pengertian dan
Pentingnya Tasamuh
Tasamuh berasal
dari kata تَسَامَحَ
– يَتَسَامَحَ yang artinya toleransi.
Tasamuh berarti sikap tenggang rasa saling menghormati saling menghargai sesama
manusia untuk melaksanakan hak-haknya. Kita wajib menghormati karena manusia
dapat merasakan bahagia apabila hidup bersama manusia lainnmya. Pada
hakikatnya, sikap seperti ini telah dimiliki oleh manusia sejak masih usia
anak-anak, namun perlu dibimbing dan diarahkan.[7]
Tasamuh dapat
menjadi pengikat persatuan dan kerukunan, mewujudkan suasana yang harmonis,
dapat menjalin dan memperkuat tali silaturrahmi kepada sesama, mempererat tali
persaudaraan dengan semua kalangan, menjalin kasih sayang antar umat beragama,
dan memperoleh banyak kemudahan.
2) Bentuk dan
Contoh Tasamuh
Bentuk-bentuk
tasamuh dalam kehidupan sehari-hari:
a) Selalu memberi kemudahan dan tidak
mempersulit orang lain dalam hal apapun,
b) Selalu memiliki niat atau dorongan untuk
membantu orang lain,
c) Menghargai pendapat pikiran bahkan keyakinan
orang lain,
d) Tidak suka memaksakan kehendak,
e) Tidak mengganggu ketenangan tetangga,
f) Tidak melarang tetangga apabila ingin menanam
pohon dibatas kebunnya, dan
Contoh perilaku
tasamuh, seseorang meminjam uang dari kita, tetapi orang tersebut belum dapat
mengembalikan hutangnya, dengan besar hati kitapun tidak segan-segan memberikan
keluasan berupa tenggang waktu atau bahkan diikhlaskan.
3) Nilai-nilai
Positif Tasamuh
Sebagai sifat
terpuji, dampak positif tasamuh cukup banyak macamnya:
a) Memuaskan batin orang lain karena dapat
mengambil hak sebagaimana mestinya,
b) Kepuasan batin yang tercermin dalam raut
wajahnya menjadikan semakin eratnya hubungan persaudaraan orang lain dengan
drinya,
c) Eratnya hubungan baik dengan orang lain dapat
memperlancar terwujudnya kerjasama yang baik dalam kehidupan bermasyarakat, dan
d) Dapat memperluas kesempatan untuk memperoleh
rizki karena bnyak relasi.
4) Membiasakan
Berperilaku Tasamuh
Agar sikap
tasamuh menjadi sikap yang dapat selalu kita jaga ada beberapa hal yang harus
biasa kita lakukan diantaranya:
a) Senantiasa menghargai perbedaan,
b) Senantiasa menjalin persaudaraan dan
persahabatan,
c) Senantiasa bersikap lemah lembut , sopan,
ramah, dan santun, dan
d) Menjadikan perbedaan sebagai sarana untuk
berlomba dalam berbuat kebaikan dan bukan untuk menambah perpecahan.
d. Ta’awun
1) Pengertian dan
Pentingnya Ta’awun
Ta’awun berasal
dari bahasa arab تَعَاوَنَ- يَتَعَاوَنُ- تَعَاوُنًا
yang berarti tolong menolong, gotong royong, atau bantu membantu dengan
sesama. Ta’awun adalah kebutuhan hidup manusia yang tidak dapat dipungkiri,
kenyataan membuktikan bahwa suatu pekerjaan atau apa saja yang membutuhkan
pihak lain pasti tidak akan dapat dilakukan sendiri oleh seseorang meski dia
memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang hal itu.[9]
Manusia sebagai
makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri dalam masyarakat tanpa bantuan dan
kerjasama dengan manusia lain dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari baik yang
sifatnya material maupun non material. Orang kaya membantu yang miskin dalam
hal materi dan harta, sementara orang miskin membantu yang kaya dalam hal
tenaga dan jasa. Saling menolong tidak hanya dalam hal materi tetapi dalam
berbagai hal diantaranya tenaga, ilmu, dan nasihat. Suatu masyarakat akan
nyaman dan sejahtera jika dalam kehidupan masyarakat tertanam sikap ta’awun dan
saling membantu satu sama lain. Seperti penjelasan dalam Al-Qur’an:
وَتَعَاوَنُوْاعَلَى
الْبِرِّوَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُوْاعَلَى اْلِاثْمِ وَالْعُدْوَانُ
Artinya:
“Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa dan jangan
tolong menolong kamu dalam berbuat dosa dan kesalahan”.[10]
Pentingnya
menerapkan sikap ta’awun tolong menolong pekerjaan akan dapat terselesaikan
dengan lebih sempurna, melahirkan cinta dan belas kasih antar orang yag saling
menolong, mengurangi berbagai macam fitnah, dapat menghilangkan kecemburuan
sosial, dan menghapus jurang pemisah antar orang yag mampu dan orang yang tidak
mampu karena yang satu dengan yang lain saling melengkapi.
2) Bentuk dan
Contoh Ta’awun
Ta’awun dapat
diwujudkan dalam berbagai bentuk antara lain:
a) Terpenuhinya kebutuhan hidup berkat
kebersamaan,
b) Memperingan tugas berat karena dilakukan secara
bersama sama,
c) Terwujudnya persatuan dan kesatuan sesama
anggota masyarakat, dan
d) Mendahulukan kepentingan umum diatas
kepentingan dirinya sendiri dan keluarga.
3) Nilai-nilai Positif
Ta’awun
Nilai-nilai
positif tolong menolong dalam kehidupan. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya
bahwa manusia adalah makhluk sosial. Setiap orang membutuhkan bantuan orang
lain dalam menjalani kehidupannya. Oleh karena itu antara satu orang dengan yang
lain harus menjalin pergaulan yang baik. Karena jika tidak kehidupan mereka
akan berjalan sendiri. Pergaulaun yang baik itu salah satunya bisa diciptakan
dengan mengembangkan sikap saling menolong antar sesama.[11]
Banyak manfaat yang dapat diambil dari terciptanya hubungan saling menolong
antara lain:
a) Memperkuat tali atau hubungan silaturrahmi antar
seesama,
b) Diantara masyarakat akan tercipta simbiosis
mutualisme (hubungan yang saling menguntungkan),
c) Kebutuhan atau keperluan hdup akan dapat
terpenuhi,
d) Kesulitan hidup menjadi ringan, dan
e) Kehidupan menjadi lebih tentram dan sejahtera.
4) Membiasakan
Berperilaku Ta’awun
Pembiasaan
tolong menolong dalam kehidupan menjadikan tolong menolong sebagi kebiasaan
memang tidak mudah, apalagi disaat serba sulit. Setiap orang seakan-akan
tertuntut untuk memenuhi kebutuhan pribadinya masing masing sehingga menolong
orang lain menjadi terlupakan.[12]
Namun hal itu bukan tidak bisa dilakukan, untuk membiasakan tolong menolong
kita dapat memulai setidaknya dengan:
a) Memulainya dari hal-hal kecil,
b) Memupuk rasa peduli terhadap orang lain,
c) Belajar ikhlas dalam setiap perbuatan yang
dilakukan,
d) Mengingat semua karunia allah (sebagai bentuk
pertolongan allah kepada manusia), dan
e) Berdo’a kepada allah untuk membimbing diri kita
menjadi seorang yang gemar menolong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar